Karakteristik limbah cair mengacu pada sifat-sifat fisik, kimia, dan biologis yang dimilikinya. Karakteristik ini penting untuk dipahami karena akan memengaruhi metode pengolahan dan dampaknya terhadap lingkungan. Berikut adalah karakteristik utama limbah cair:
1. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik berkaitan dengan sifat-sifat yang dapat
diamati secara langsung, seperti warna, bau, suhu, dan kekeruhan.
·
Warna:
- Limbah cair yang
tidak tercemar biasanya berwarna jernih atau transparan.
- Limbah cair industri atau domestik sering kali berwarna keruh, kecokelatan, atau bahkan hitam akibat kandungan bahan organik atau zat pewarna.
·
Bau:
- Limbah cair segar
dari rumah tangga mungkin tidak berbau menyengat.
- Limbah cair yang
telah terurai (misalnya, air tinja) sering memiliki bau busuk akibat pelepasan
gas seperti hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃).
·
Suhu:
- Limbah cair dari
industri tertentu (seperti pabrik tekstil atau pembangkit listrik) bisa bersuhu
tinggi (air panas).
- Suhu tinggi dapat
memengaruhi ekosistem perairan jika dibuang langsung ke sungai atau danau.
·
Kekeruhan (Turbidity):
- Kekeruhan
disebabkan oleh partikel tersuspensi seperti lumpur, pasir, atau bahan organik.
- Semakin tinggi
kekeruhan, semakin sulit cahaya menembus air, yang dapat mengganggu
fotosintesis di ekosistem akuatik.
2. Karakteristik
Kimia
Karakteristik kimia melibatkan analisis kandungan bahan
kimia dalam limbah cair. Beberapa parameter penting adalah:
·
pH:
- pH menggambarkan
tingkat keasaman atau kebasaan limbah cair.
- Nilai pH ideal
untuk air adalah sekitar 6,5–8,5. Limbah cair dengan pH terlalu rendah (asam)
atau terlalu tinggi (basa) dapat merusak lingkungan.
·
BOD (Biochemical Oxygen Demand):
- BOD mengukur
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik dalam air.
- Semakin tinggi
nilai BOD, semakin besar tingkat pencemaran organik.
·
COD (Chemical Oxygen Demand):
- COD mengukur
jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi semua bahan organik dan anorganik dalam air menggunakan reaksi kimia.
- COD biasanya lebih
tinggi daripada BOD karena mencakup bahan yang tidak dapat diuraikan secara biologis.
·
Total Suspended Solids (TSS):
- TSS adalah jumlah
padatan tersuspensi dalam air, seperti lumpur, pasir, atau partikel organik.
- Tingginya TSS
dapat menyebabkan kekeruhan dan mengganggu ekosistem.
·
Kandungan Nutrien:
- Nitrogen (N) dan fosfor (P) adalah nutrien utama yang dapat menyebabkan eutrofikasi (pertumbuhan alga berlebihan) jika dilepaskan ke badan air.
- Logam Berat:
- Limbah cair
industri sering mengandung logam berat seperti merkuri (Hg), timbal (Pb),
kadmium (Cd), dan arsen (As).
- Logam berat sangat
beracun dan dapat terakumulasi dalam rantai makanan.
·
Minyak dan Lemak:
- Limbah cair dari
dapur atau industri makanan sering mengandung minyak dan lemak yang sulit terurai.
Karakteristik biologis berkaitan dengan keberadaan
mikroorganisme dalam limbah cair.
·
Mikroorganisme Patogen:
- Limbah cair
domestik dan rumah sakit sering mengandung bakteri, virus, atau parasit
penyebab penyakit, seperti Escherichia coli, Salmonella, atau Vibrio
cholerae.
- Mikroorganisme ini
dapat menyebabkan penyakit seperti diare, kolera, atau hepatitis A jika air terkontaminasi dikonsumsi.
·
Bakteri Pengurai:
- Bakteri pengurai
(dekomposer) memainkan peran penting dalam menguraikan bahan organik dalam limbah cair.
- Namun, aktivitas
mereka dapat mengurangi kadar oksigen terlarut (DO) dalam air, yang berdampak buruk pada kehidupan akuatik.
·
Algae dan Plankton:
- Pertumbuhan alga berlebihan (blooming) dapat terjadi jika limbah cair mengandung banyak nutrien (eutrofikasi).
- Blooming alga
dapat mengurangi oksigen terlarut dan membahayakan kehidupan ikan.
4. Parameter
Lainnya
Selain karakteristik di atas, ada beberapa parameter
tambahan yang sering digunakan untuk mengevaluasi limbah cair:
·
Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO):
- DO adalah jumlah oksigen yang terlarut dalam air. Air bersih biasanya memiliki DO tinggi (>5 mg/L).
- Limbah cair dengan
DO rendah dapat menyebabkan kematian organisme akuatik.
·
Konduktivitas Listrik:
- Mengukur kemampuan
air untuk menghantarkan listrik, yang mencerminkan kandungan ion (garam
terlarut).
- Konduktivitas
tinggi menunjukkan tingginya kandungan garam atau mineral.
·
-Kandungan Senyawa Organik:
- Misalnya, fenol,
formaldehida, atau senyawa organik volatil (VOCs) yang sering ditemukan dalam limbah industri.
.png)